Laporan terbaru dari GBG, ahli terkemuka dalam identitas global dan lokasi, bekerja sama dengan Chartis Research, mengungkapkan wawasan penting tentang tantangan yang dihadapi lembaga keuangan di Asia terkait deteksi penipuan digital. Dalam laporan berjudul “Building Trust in Digital Channels: A Study of Banking and Finance in Asia”, terungkap bahwa delapan dari sepuluh lembaga keuangan di kawasan ini menghadapi tantangan signifikan dalam mendeteksi penipuan digital. Meskipun demikian, lembaga-lembaga ini aktif berinvestasi dalam teknologi dan pengalaman pengguna untuk mengatasi risiko dan mempertahankan kepercayaan nasabah.
Peningkatan Kerumitan dan Frekuensi Penipuan
Laporan tersebut menunjukkan adanya tren yang mengkhawatirkan terkait peningkatan kerumitan dan frekuensi penipuan digital. Hampir 90% responden melaporkan bahwa taktik dan kecanggihan penipuan menjadi tantangan terbesar. Serangan penipuan dan pengelabuan mengalami peningkatan signifikan, dengan masing-masing 59% dan 57% responden melaporkan kenaikan dalam kasus-kasus tersebut. Selain itu, penipuan berbasis identitas tiruan, yang dulunya lebih umum di Amerika Utara, kini semakin marak di Asia. Sebanyak 58% responden melaporkan peningkatan kasus penipuan jenis ini.
Menyeimbangkan Keamanan dan Kepercayaan Nasabah
Sebanyak 97% responden menyadari adanya kesulitan dalam menjaga keseimbangan antara keamanan dan pengalaman nasabah, dengan 79% di antaranya menyebutkan hal ini sebagai rintangan utama. Meningkatnya adopsi pembayaran waktu nyata di Asia memperbesar kerentanan terhadap penipuan, baik bagi lembaga keuangan maupun nasabahnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi organisasi untuk menerapkan langkah-langkah keamanan yang kuat guna memastikan pengalaman nasabah yang aman dan menjaga kepercayaan mereka.
Tantangan Sistem Legasi dan Inovasi Teknologi
Sistem legasi menjadi salah satu tantangan utama dalam mencerna dan menggunakan data tambahan untuk deteksi penipuan. Sebanyak 64% responden mengidentifikasi sistem legasi sebagai penyebab utama tingginya tingkat positif palsu. Selain itu, 52% responden juga mengakui adanya masalah dengan kualitas data. Meski demikian, sebanyak 88% organisasi telah memiliki platform terkonsolidasi untuk pertukaran dan pembagian data, yang diharapkan dapat mengurangi risiko penipuan.
Investasi dalam Teknologi sebagai Prioritas
Saat ini, bank dan lembaga keuangan di Asia sedang beralih dari fokus pada perekrutan staf menuju investasi dalam teknologi canggih seperti pembelajaran mesin (ML) dan kecerdasan buatan (AI). Investasi dalam teknologi ini diperkirakan akan meningkat secara signifikan, dari 16% pada tahun 2023-24 menjadi 68% pada tahun 2025-26. Peralihan ini bertujuan untuk mengurangi beban kerja staf, menekan biaya organisasi, dan meningkatkan efisiensi dalam mendeteksi penipuan.
Bernardi Susastyo, Manajer Umum, Asia & Penipuan Asia Pasifik di GBG, menyatakan bahwa kerja sama dengan Chartis Research mengungkapkan berbagai tantangan yang dihadapi sektor perbankan dan keuangan di Asia, serta pentingnya proses onboarding nasabah yang lancar dan langkah-langkah pencegahan penipuan yang efektif. “GBG berkomitmen untuk memimpin revolusi dalam solusi risiko penipuan perusahaan digital dan melindungi organisasi dari kejahatan keuangan,” tambahnya.
Tentang GBG
GBG adalah pakar terkemuka dalam identitas global dan lokasi. Dalam dunia digital yang terus berkembang, GBG membantu bisnis dengan menyediakan informasi intelijen yang memungkinkan mereka membuat keputusan terbaik mengenai hubungan dengan pelanggan.